- Back to Home »
- Artikel »
- MENCINTAI APAKAH PERLU ALASAN ?
Lana mengeluh kepada kekasihnya, karena setiap kali dia bertanya
kepada tunangannya tersebut, “Kenapa sih kamu bisa cinta aku?”,
tunangannya hanya menjawabnya dengan senyuman, bukan sekali atau dua
kali, namun puluhan kali Lana bertanya, tetap mendapat jawaban yang
sama.
Suatu sore Lana tengah duduk bersama teman-teman wanitanya sambil
bercerita, yaitu Rina, Reny dan Fetty. Lana iri terhadap teman-temannya,
karena mereka selalu punya alasan mengapa pasangan mereka mencinta
mereka dan akan punya alasan ketika ditanya, “Kenapa kamu cinta aku?”
Rina suka bilang, pasangannya suka sama dia karena dia orangnya
cantik. Sedangkan Reny, pasangannya cinta dia karena anaknya baik, asik
dan tentu saja cantik, kemudian pasangannya Fetty bilang suka sama dia
karena orangnya mandiri serta punya suara bagus.
Sedangkan Lana lagi dan lagi tidak punya jawaban, karena tunangannya
tidak pernah mengatakannya. Lana kecewa dan ketika bertemu dengan
pasangannya, dia berkata kepada pasangannya, “Berarti kamu tidak
mencintaiku lagi, pasangan teman-temanku semua punya alasan, sedangkan
kamu enggak pernah punya”. Kekasihnya hanya diam, dia seperti ingin
mengatakan sesuatu kepada Lana, tapi Lana tidak memberinya kesempatan.
Lana beranjak pergi dan melangkah penuh rasa kesal.
Suatu hari Lana pergi keluar kota bersama teman-temannya. Jalanan
penuh dengan kabut tebal, hujan turun sangat lebat dan mobil yang
ditumpangi Lana terjun bebas ke dalam jurang.
Lana tersadar dalam keadaan yang berbeda, wajahnya penuh luka gores
yang dalam dan berbekas. Membuat Lana berusaha menjerit. Tapi Lana tidak
bisa menjerit seperti biasa, lidahnya mati rasa, dokter masih kesulitan
mengobati saraf lidah miliknya. Ada sesuatu yang salah pada lidah Lana,
ia tidak bisa menggunakannya untuk berbicara..
Belum habis kesedihannya, saat akan melangkah Lana kesakitan karena
kedua kakinya di gips. Ia mengalami patah tulang parah akibat tergencet
dashbor mobil. Lana benar2 terpukul.
Di tempat pemulihan, Lana yang tengah duduk di atas kursi roda,
memandangi rerumputan. Sudah 4 bulan Lana berada disana, namun Lana
belum merasakan perkembangan yang menggembirakan. Kakinya masih saja
lumpuh, lidahnya masih belum mampu berkata sepatah-pun, sedangkan
wajahnya masih penuh goresan.
Suatu pagi, tunangannya datang, ia menghampiri Lana. Karena Lana
belum bisa berbicara, maka ia hanya menulis ucapannya pada selembar
kertas, “Kenapa kamu kesini?”
“Aku kesini pengen ketemu kamu”, jawab tunangannya.
“Kemana aja kamu selama ini? Kamu malu ya punya calon istri yang cacat?”, tanya Lana.
“Kenapa kamu mau menemuiku lagi, bukannya dulu aku udah marahin kamu,
apalagi sekarang aku cacat, wajahku penuh luka dan sudah enggak bisa
apa-apa lagi, aku udah enggak berarti”, jawab Lana seraya menangis.
“Aku memang tidak bisa menjawab ketika kamu selalu bertanya,
mengapa aku mencintai kamu. Kalau dulu kukatakan aku mencintai kamu
karena kamu pandai bernyanyi, tentu setelah keadaan kamu seperti
sekarang, tidak ada alasan lagi bagiku mencintai kamu, kalau kukatakan
aku mencintaimu karena kamu pandai menari, masih adakah cintaku setelah
kakimu tidak dapat digerakkan lagi, setidaknya sekarang! Dan kalau
kukatakan karena wajahmu yang cantik dan menarik, tentu cintaku hilang
setelah wajahmu penuh luka seperti ini. Jadi, dari dulu sampai sekarang
hingga nanti aku akan tetap mencintaimu tanpa alasan, aku mencintai apa
adanya kamu”
Lana menangis terharu…
Cinta adalah memberi, memberi dan memberi. Cinta yang murni tidak
pernah meminta, tidak pernah menuntut, ia hadir tanpa pamrih, ia penuh
dengan keiklasan.
Dengan cinta hidup terasa manis, indah dan sempurna. Bukannya saat
berpacaran, pacar jerawatan dibilang sebersih embun, badan pacar gendut
dibilang seksi dan menawan dan banyak lagi pembenaran lainnya. Tapi
banyak diantaranya setelah menikah, semua itu seperti lenyap, kenapa?
Karena kita memiliki alasan!
Mencintai tidak butuh satupun alasan sehingga tidak akan pernah ada alasan untuk meninggalkanmu!